Tuesday, July 29, 2025

Caru Panca Sata

Caru Panca Sata merupakan salah satu ritual suci dalam agama Hindu. Upacara ini dilakukan dengan mempersembahkan lima ekor ayam (panca sata) yang mewakili lima penjuru mata angin.

Pelaksanaan upacara Caru Panca Sata ini dipercayakan kepada jro mangku sonteng yang telah menjalani upacara eka jati untuk kesucian diri dalam mempersembahkan kurban suci.

Landasan pelaksanaan Caru Panca Sata dalam agama Hindu , khususnya di Bali mengacu pada kitab Lontar Carcaning Caru.

Ritual Caru Panca Sata memakai sarana lima jenis/warna ayam yang disembelih 

  1. putih
  2. biying
  3. putih syungan
  4. hitam
  5. brumbun

, bayang-bayang/layang-layang “kulit, bulu, kepala, kaki dan sayap tetap utuh melekat pada kulit”.

Darah ayam yang disembelih itu dipakai untuk melengkapi tetandingan dan sebagai campuran urab barak.

Masing-masing daging ayam diolah menjadi sate lembat, ususnya diolah menjadi sate asem dan serapah, urab barak, urab putih, sayur, garam, balung.

Jumlah sate dan bayuhan dari masing-masing ayam ditentukan dengan urip/neptu (hitungan angka mistis berdasarkan arah mata angin), seperti: 

  1. Ayam putih dengan urip 5, arah Timur; 
  2. ayam biying ‘merah’ urip 9, arah Selatan; 
  3. ayam putih siyungan urip 7, arah Barat; 
  4. ayam hitam urip 4, arah Utara dan 
  5. ayam brumbun urip 8, arah Tengah.

Sate dan aneka olahan tersebut ditata dan dibentangkan di atas sengkui, di lengkapi dengan sorohan banten caru, tumpeng dan nasi menurut warna, urip masing- masing ayam atau arah mata angin.

Masing-masing dilengkapi dengan sanggah cucuk, di atasnya diletakkan banten dananan.

Tetabuhan (arak, berem dan air) dimasukkan dalam cambeng.

Banten yang digunakan juga dilengkapi dengan soroan dan persembahan kepada Surya sebagai simbol kesucian.

salinan dari baliexpress.jawapos.com/balinese/674503827/tujuan-dan-manfaat-caru-panca-sata-dalam-hindu-bali-kitab-bhagawadgita-dan-lontar-carcaning-caru-ungkap-seperti-ini