-----------------------------------------------------------------
Bagian I
-----------------------------------------------------------------
OM Svastiastu,
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian dan kesejahteraa kepada setiap pribadi.
Pada pembahasan pengetahuan Veda kali ini, topik yang akan di bahas dimulai dari pengertian kata “avatara” sebagai inkarnasi atau perwujudan realitas personal Tuhan Yang Maha Esa yang hadir ke dunia mengambil berbagai perwujudan kepribadian rohani_Nya, dengan perkenan_Nya sendiri, untuk melaksanakan sebuah misi menegakan kembali prinsip-prinsip Dharma atau kebenaran dalam masyarakat manusia, melindungi pribadi-pribadi yang saleh yang teguh dalam kebajikan serta menumpas siapapun mereka yang tidak mengindahkan Dharma dan merosot dalam tindakan-tindakan Adharma.
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya tadātmānaṃ sṛjāmy aham
||Bhagavad Gita 4.7|
"Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, Wahai putera keluarga Bharata."
[http://vedabase.net/bg/4/7/en]
paritrāṇāya sādhūnāṃ vināśāya ca duṣkṛtām
dharmasaṃsthāpanārthāya saṃbhavāmi yuge yuge
||Bhagavad Gita 4.8 |
"Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman."
[http://vedabase.net/bg/4/8/en]
Siapakah yang menyatakan diri_Nya akan selalu hadir untuk menegakan prinsip-prinsip Dharma, melindungi pribadi-pribadi yang bajik serta yang akan menumpas dan menundukan para pelaku tindakan Adharma tersebut, Bhagavad Gita dan Bhagavata Purana menjelaskan lebih lanjut :
ekonaviḿśe viḿśatime
vṛṣṇiṣu prāpya janmanī
rāma-kṛṣṇāv iti bhuvo
bhagavān aharad bharam
||Srimad Bhagavatam 1.3.23|
"Dalam inkarnasi ke-19 dan ke-20, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa menghadirkan Diri_Nya sendiri sebagai Balarama dan Sri Krishna di keluarga Vrsni (Dinasti Yadava), dan dengan demikian Dia (Balarama dan Sri Krishna Avatara) melenyapkan beban dunia"
[http://vedabase.net/sb/1/3/23/en]
Siapa yang menyatakan diri sebagai sang “Aku” dalam Bhagavad Gita adalah Sri Krishna, Inkarnasi ke-20 dari Sri Vishnu, kehadiran_Nya sendiri bersamaan dengan realitas personal_Nya yang lain yaitu Balarama. Kedua realias personal Sri Krishna dan Balarama adalah satu kesatuan, karena kedua_Nya adalah realitas Sri Vishnu sendiri, yang berkenan hadir pada masa Dvaparaya – Yuga. Dalam Bhagavata Purana disampaikan bagaimana Sri Krishna hadir ke dunia.
mumucur munayo devah
sumanamsi mudanvitah
mandam mandam jaladhara
jagarjur anusagaram
nisithe tama-udbhute
jayamane janardane
devakyam deva-rupinyam
vishnuh sarva-guha-sayah
avirasid yatha pracyam
disindur iva pushkalah
||Bhagavata Purana 10.3.7-8 |
“Para dewa dan pribadi suci yang agung menaburkan bunga dalam kebahagiaan hati, dan awan berkumpul di langit dengan sedikit bergemuruh, membuat suara bagaikan gelombang lautan, kemudian Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Vishnu, yang berada di inti hati setiap pribadi, hadir dari jantung Devaki dalam kegelapan pekat malam, bagaikan bulan purnama terbit di ujung timur, karena Devaki sebelumnya adalah bagian yang sama dari Sri Krishna"
[http://vedabase.net/sb/10/3/7-8/en]
Baik Bhagavad Gita dan Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam) menjelaskan dengan sangat baik siapa sebenarnya Sri Krishna dan Sri Vishnu, kepribadian dan realitas yang satu ada_Nya. Selanjutnya Bhagavata Purana menyatakan bahwa avatara atau inkarnasi Vishnu tidak pernah memiliki akhir bagaikan sungai-sungai yang terus mengalirkan ke samudera luas, karena bersumber dari mata air yang tidak pernah akan habis.
avatārā hy asańkhyeyā
hareḥ sattva-nidher dvijāḥ
yathāvidāsinaḥ kulyāḥ
sarasaḥ syuḥ sahasraśaḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.26|
"Wahai para Brahmana, Inkarnasi dari Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak terhitung banyaknya, bagaikan anak sungai yang mengalir dari sumber mata air yang tidak pernah ada habisnya"
[http://vedabase.net/sb/1/3/26/en]
ṛṣayo manavo devā
manu-putrā mahaujasaḥ
kalāḥ sarve harer eva
saprajāpatayaḥ smṛtāḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.27|
"Semua Rsi, Manu (Ras manusia), para Dewa dan keturunan Manu (Manusha), yang sangat kuat, adalah bagian dari gugusan semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan tersebut termasuk juga Prajapati."
[http://vedabase.net/sb/1/3/27/en]
ete cāḿśa-kalāḥ puḿsaḥ
kṛṣṇas tu bhagavān svayam
indrāri-vyākulaḿ lokaḿ
mṛḍayanti yuge yuge
||Srimad Bhagavatam 1.3.28 |
"Semua inkarnasi yang disebutkan sebelumnya adalah bagian dari semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa, namun Realitas Mutlak Sri Krishna adalah Kepribadian Utama Tuhan Yang Maha Esa. Kesemuanya (Para Avatara) akan hadir di planet-planet (Bumi) kapanpun gangguan diciptakan oleh kaum penentang Tuhan. Realitas Personal Tuhan akan hadir untuk melindungi pemuja_Nya"
[http://vedabase.net/sb/1/3/28/en]
Sesuai penjelasan yang tertuang dalam Bhagavata Purana, dinyatakan bahwasanya avatara Vishnu, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak memiliki akhir. Kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun, dalam berbagai perwujudan personal apapun, dengan perkenan_Nya sendiri, realitas personal_Nya akan hadir ke dunia disaat Adharma mendominasi peradaban manusia dan para penentang Tuhan mulai berkuasa dan merusak tatanan semesta.
Dari uraian awal di atas, pembahasan kali ini akan dilanjutkan untuk memberikan informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat terhadap satu pengakuan sepihak yang telah disampaikan sebelumnya oleh oknum kelompok keagamaan tertentu, yang menyatakan bahwa tokoh yang dimuliakan dalam sejarah keagamaan mereka diramalkan dalam sastra Veda sebagai Sri Kalki Avatara. Tokoh tersebut disetarakan dengan inkarnasi Vishnu, dengan penguatan beberapa kutipan sastra Veda sebagai dasar pemikiran para pelaku pembuat informasi yang keliru tersebut. Adapun informasi yang keliru tersebut telah diterbitkan dalam sebuah buku yang dicetak dan disebarkan kepada masyarakat umum tanpa terlebih dahulu melakukan sebuah perbandingan informasi dan tafsir keagamaan dengan institusi resmi masyarakat Hindu Dharma (PHDI) dan atau dengan institusi pendidikan Agama Hindu Dharma (IHDN) agar sekiranya tidak terjadi kesimpang siuran informasi atau mengarah kepada manipulasi sejarah keagamaan, dimana ketidakbenaran informasi tersebut bisa berujung pada pengaburan sejarah keagamaan, pendiskriditan ajaran dan masyarakat beragama dan atau merusak hubungan harmonis antar umat beragama.
Buku tersebut berjudul :
Selanjutnya, tulisan ini akan membahas dan menjelaskan setiap kutipan sastra Veda yang dijadikan dasar pemikiran oleh penulis buku tersebut, dikarenakan kekeliruan penafsiran bahkan kecerobohan penulis dalam merujuk sumber acuan yang dijadikan dasar penguat pengakuan sepihak yang berpotensi mengaburkan informasi sejarah keagamaan masyarakat Hindu Dharma.
Kutipan pertama :
|| Ayat-ayat ramalan kedatangan Nabi Muhammad Disebutkan dalam Bhavisa Purana –; dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3,Shalokas 10 to 27 : "Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. 'Agama kebenaran' akan memimpin dunia ini.Dia diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikutnya adalah orang yang berada di lingkungan itu, yang kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan. mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dengan tanaman semak semak/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil "Musalaman". (Perantara kedamaian).|
Sanggahan dan penjelasan :
Penulis mengutip sloka-sloka dari Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda 3, Adhyaya 3, Sloka 5-27. Di dalam kutipan tersebut memang tercantum kata “mahamadh” atau “mahamadha” yang serta merta disetarakan dengan tokoh yang dimaksudkan oleh penulis. Tanpa melakukan klarifikasi jelas makna perkata dari sastra Bhavisya Purana yang dikutip tersebut apakah benar-benar mendiskripsikan tokoh yang dimaksudkan atau sebaliknya merupakan tokoh yang berbeda. Kata “mahamadha” terdiri daru dua suku kata dalam literatur sanskerta Veda, yaitu :
Maha || मह | yang bermakna : Great, Mighty = luar biasa, atau besar dan kuat.
Madh/Madha || मद | yang bermakna : Drunkenness, Intoxication = Kemabukan
Rujukan kata :
Kata “madh/madha” yang berarti kemabukan juga merupakan salah satu dari Sad Ripu atau enam sifat-sifat buruk yang jika tidak dikendalikan akan menjadi musuh bagi kesadaran diri manusia, adapun ke-enam sifat tersebut adalah :
- Kama || काम | yang bermakna hasrat seksual (nafsu).
- Loba || लोभ | yang bermakna keserakahan, tidak pernah puas.
- Krodha || क्रोध | yang bermakna kemarahan dan kekejaman.
- Madha || मद | yang bermakna kemabukan dan ketidaksadaran diri (kegilaan)
- Moha || मोह | yang bermakna kebodohan dan kebingungan
- Matsarya || मात्सर्य | yang bermakna iri hati dan sifat dengki
Secara singkat makna kata “mahamadh” menerangkan satu kepribadian yang memiliki sifat mabuk (kemabukan) yang luar biasa atau ketidaksadaran diri yang teramat sangat. Dan kepribadian seperti itulah yang dijelaskan dalam Bhavisya Purana di atas, satu kepribadian yang mabuk akan kekuasaan dan akan mewujudkan satu faham yang menentang realitas Tuhan dimana dalam Bhavisya Purana, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Mahadeva, yang tidak lain adalah Siva. Lalu siapakah Siva, Bhagavat Gita menjelaskannya sebagai berikut :
paśyādityān vasūn rudrān aśvinau marutas tathā
bahūny adṛṣṭapūrvāṇi paśyāścaryāṇi bhārata
||Bhagavad Gita 11.6|
"Wahai yang paling baik di antara para Bharatha, lihatlah di sini berbagai perwujudan para Aditya, vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun sebelumnya."
[http://vedabase.net/bg/11/6/en]
ihaikasthaṃ jagat kṛtsnaṃ paśyādya sacarācaram
mama dehe guḍākeśa yac cānyad draṣṭum icchasi
||Bhagavad Gita 11.7|
"Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu- baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak-berada di sini secara lengkap, di satu tempat."
[http://vedabase.net/bg/11/7/en]
Sri Krishna menunjukan realitas mutlak perwujudan semesta_Nya kepada Arjuna, berbagai perwujudan personal_Nya yang tidak terbatas sebagai para Dewa, Aditya, Vasu, Rudra (Siva), Asvini-Kumara, segala sesuatu berada dalam kekuasaan_Nya. Siva adalah Vishnu itu sendiri, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri, Ia yang dimuliakan dengan berbagai nama suci_Nya.
indraṃ mitraṃ varuṇamaghnimāhuratho divyaḥ sa suparṇo gharutmān
ekaṃ sad viprā bahudhā vadantyaghniṃ yamaṃ mātariśvānamāhuḥ
||Rg Veda 1.164.46|
Dari uraian tentang siapa Mahadeva yang disebut dalam Bhavisya Purana, pembahasan ini dilanjutkan kepada kutipan literatur sanskerta Veda yang terdapat dalam Bhavisya purana berikut dengan penjelasan maknanya. Semua kutipan di alih bahasakan dari artikel yang dibuat oleh Stephen Knapp dalam artikel resminya yang membahas pengakuan sepihak satu tokoh agama tertentu dalam Bhavisya Purana. Berikut adalah kutipan dari penjelasannya.
Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda 3, Adhyaya 3, Sloka 5-27
mahamadh ithi khayat, shishya-sakha-samniviyath
||Bhavisya Purana III, 3.3.5|
mahadev marusthal nivasinam.
mahadevthe snanya-pya punch-gavua samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya pravathiney
||Bhavisya Purana III, 3.3.6-7|
malech-dharma shav shudhaya sat-chit-anandaya swarupye,
thva ma hei kinkare vidhii sharanaghatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.8 |
suta uvacha: ithi shurthiya sthav deva shabadh-mah nupaya tam,
gath-vaya bhojraj-ney mahakhaleshwar-sthale
||Bhavisya Purana III, 3.3.9|
malech-shu dhushita bhumi-vahika nam-vishritha
arya dharma hi nav-vathra vahike desh-darunya
||Bhavisya Purana III, 3.3.10|
vamu-vatra maha-mayi yo-sav dagdho myaa pura
tripuro bali-daithyane proshith punaragath
||Bhavisya Purana III, 3.3.11|
ayoni sa varo math prasava daithyo-vrudhan
mahamadh ithi khayath , paishacha-kruthi thathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.12|
nagathvaya thvya bhup paisachae desh-vartake
math prasadhayane bhupal tav shudhii prajayathe
||Bhavisya Purana III, 3.3.13|
thi shruthva nupshav svadesha-napu maragmath
mahamadh toi sdhav sindhu-thir mupaye-yav
||Bhavisya Purana III, 3.3.14|
uchav bhupati premane mahamadh-virshad
tva deva maharaja das-tva magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.15|
mamo-chit sabhu jiya-dhatha tatpashya bho nup
ithi shruthya ththa hata para vismaya-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.16|
malechdhano mathi-shasi-tatsaya bhupasaya darutho
||Bhavisya Purana III, 3.3.17|
tucha tva kalidas-sthu rusha praah mahamadham
maya-thei nirmithi dhutharya nush-mohan-hethvei
||Bhavisya Purana III, 3.3.18 |
hanishyami-duravara vahik purusha-dhamum
ityak va sa jidh shrimanava-raja-tathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.19|
japthya dush-sah-trayach tah-sahansh juhav sa
bhasm mutva sa mayavi malech-dev-tva-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.20|
maybhithashtu tachya-shyaa desh vahii-kamayuuah
guhitva svaguro-bhasm madaheen tva-magatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.21|
swapiit tav bhu-ghyot-thro-shrumadh-tathpara
madaheen puro jath thosha trith sayam smurthaum
||Bhavisya Purana III, 3.3.22|
rathri sa dev-roop-shav bahu-maya-virshad
paisacha deha-marathaya bhojraj hi so trivith
||Bhavisya Purana III, 3.3.23|
arya-dharmo hei to raja-sarvoutham smurth
ishapraya karinayami paishacha dharma darunbhu
||Bhavisya Purana III, 3.3.24|
linga-chedri shikhaheen shamshu dhaari sa dhushak
yukhalapi sarva bhakshi bhavishyat jano maum
||Bhavisya Purana III, 3.3.25|
vina kaul cha pashav-thosha bhakshava matha maum
muslanav sanskar kushariv bhavishyat
||Bhavisya Purana III, 3.3.26|
tasman-musal-vanto hi jathiyo dharma dhushika
ithi pishacha-dharma mya kruth
||Bhavisya Purana III, 3.3.27|
Untuk mengurutkan masing-masing kejadian, di dalam Bhavisya Purana, Sri Suta Gosvami (putra Lomaharshana) pertama-tama menjelaskan bahwa pada waktu sebelumnya, pada masa dinasti Raja Shalivahana, ada sepuluh raja yang akan mencapai svarga loka setelah memerintah selama lebih dari 500 tahun lamanya. Dimana masing-masing dari sepuluh raja tersebut memerintah selama 50 tahun. Kemudian secara perlahan moralitas mulai merosot di planet bumi. Pada masa tersebut, Raja Bhojaraja adalah raja ke-sepuluh di bumi yang memerintah 450 tahun setelah pemerintahan Raja Shalivahana. Ketika Dia (Raja Bhojaraja) mengetahui bahwa tatanan moralitas dan etika merosot, Dia pergi untuk melakukan eksvansi kekuasaannya ke semua arah dan negara dengan sepuluh ribu tentara dipimpin oleh Kalidasa. Dia (Raja Bhojaraja) menyeberangi sungai Shindu (sungai Indus) bergerak terus menuju ke utara dan menaklukan Gandharas (Afganistan saat ini), komunitas Mleccha (wilayah Turki saat ini), suku Shaka, Kashmir (wilayah Kashmir dan Pakistan), Narava dan Satha. Raja Bhojaraja merebut tahta kekuasaan mereka dan memberikan hukuman kepada mereka.
Selanjutnya, dalam Sloka 7-8 dijelaskan, Raja Bhojaraja, raja dari para Arya yang telah meninggalkan India (Bharata) untuk pergei memperluas kekuasaanya, menyeberangi sungai Shindu (Indhus) dan juga ke arah barat, bertemu dengan sosok Mahamadh || महमद | [yang diklaim penulis sebagai Muhammad, sedangkan yang tertulis adalah “mahamadh” lihat sloka. 5,12,14,15 dan 18]. Mahamadh adalah pemimpin dari masyarakat Mleccha - Dharma atau agama bangsa Mleccha [lihat sloka. 8, 10, 17 dan 20]. Mahamadh tiba bersama para pengikutnya. Pada saat itu, Raja Bhojaraja melakukan pemujaan kepada Archa Siva Mahadeva [lihat sloka 7, disebutkan “mahadev marusthal nivasinam. mahadevthe snanya-pya punch-gavua samnivithya tripurarsur-nashav bahu-maya pravathiney” yang menjelaskan pemujaan kepada Acrha (Lingga) Siva yang ada di wilayah padang pasir, hal yang bertentangan dengan agama dari tokoh yang diklaim penulis] pemimpin tertinggi para Dewa. Archa Siva tersebut terletak di tanah gurun (padang pasir). Raja Bhojaraja membersihkan Archa Siwa (Lingga Siwa) dengan air sungai Gangga dan melakukan pemujaan kepada Siva dengan pemusatan pikiran serta mempersembahkan Pancagavya yaitu susu sapi, mentega, yogurt (susu asam), kotoran sapi dan kencing sapi, bersama pasta dari pohon cendana dan yang lainnya. Raja Bhojaraja melakukan pemujaan dengan sangat baik kepada Siwa, dengan begitu tulus dan penuh pengabdian. Raja Bhojaraja melakukan pemujaan kepada Siva Mahadeva, "Wahai Girijanatha yang bersthana di padang gurun ini (marusthal), hamba mempersembahkan puja hamba kepada_Mu, Engkau telah menunjukan kekuatan maya_Mu (ilusi) untuk menghancurkan Tripurasura (Asura Tripura, dan bangsa Mleccha kini menjadi pemuja_Mu. Engkau yang tidak ternodai dan merupakan pengetahuan sat-cit-ananda svarupa (pengetahuan tentang keabadian dan kebahagiaan). Diri hamba adalah pemuja_Mu, Pelayan_Mu. Kehadiran hamba di bawah perlindungan dari_Mu".
Pada sloka 10-27, selanjutnya Sri Suta Gosvami menjelaskan. Setelah mendengar puja dari Raja Bhojaraja dan berkenan atas pemujaan tersebut. Deva Siva memberikan sebuah sabda kepada Raja Bhojaraja, “Berangkatlah ke Mahakaleshvara (wilayah Ujjain) di tanah Vahika, yang saat ini dicemari oleh bangsa Mleccha (yang tidak mengenal pengetahuan Veda). Wahai raja, tanah dimana dirimu berdiri sekarang yang dikenal dengan nama Bahik, telah dicemari oleh bangsa Mleccha. Di negeri yang buruk tersebut Dharma telah diabaikan. Sebelumnya di sana ada Asura dengan nama Tripura (Tripurasura) yang telah aku musnahkan menjadi abu pada satu kesempatan sebelumnya. Dia (Asura Tripura/Tripurasura) kembali datang diperintakan oleh Bali ) [lihat sloka 11 disebutkan kata “tripuro bali-daithyane” yang bermakna Tripura utusan Asura Bali (daithya_raksasa)]. Dia (Inkarnasi Asura Tripura/Tripurasura) tidak memiliki asal namun Dia memperoleh anugerah dari_Ku. Dia memiliki nama Mahamadh dan kepribadiannya bagaikan Bhuta (mahluk halus). Oleh karena itu, wahai raja, engkau sebaiknya tidak pergi ke wilayah dimana Asura yang bersifat buruk tersebut berada” [ sloka 10-27 menyebutkan bahwa Mahamadh adalah Inkarnasi Asura Tripura/Tripurasura yang sebelumnya telah dimusnahkan oleh Deva Siva namun atas perintah Asura Bali dan anugerah dari Deva Siva sendiri, Tripurasura hadir kembali ke dunia]. Mendengar sabda tersebut, Raja Bhojaraja segera kembali ke kerajaannya (Bharata) dan disertai Mahamadh, namun Mahamadh hanya turut serta sampai di tepi sungai Shindu (Indhus). Dia (Mahamadh) adalah penguasa ilusi, dan Dia berkata kepada Raja Bhojaraja dengan begitu berbesar hati, “Wahai raja yang agung, Tuhan_mu telah menjadi hambaku, lihatlah, saat dia memakan sisa-sisa dariku, aku akan menunjukkannya kepadamu”
Raja Bhojaraja terkejut disaat melihat hal itu terjadi kepada mereka sebelumnya. Kalidasa (pemimpin pasukan Raja Bhojaraja) menjadi marah dan berkata kepada Mahamadh, “Wahai yang berkepribadian buruk, dirimu telah menunjukan ilusi untuk membingungkan raja, aku akan membunuhmu, dirimu adalah kepribadian terendah”. Raja Bhojaraja kemudian meninggalkan daerah teresebut.
Kemudian, dalam perwujudan Bhuta (mahluk halus), penguasa ilusi Mahamadh hadir pada malam ke-delapan di hadapan Raja Bhojaraja dan berkata, “Wahai raja, agamamu yang dikenal sebagai agama yang paling baik di antara agama-agama lainnya. Tetapi, dengan perintah Tuhan, aku akan mendirikan agama yang buruk dan bersifat merusak (demoniac) serta memaksakan keyakinan kuat (keras) kepada para pemakan daging (bangsa Mleccha). Pengikutku akan dikenal karena mengiris kemaluan mereka, mereka tidak memiliki Shikha (kuncir rambut di kepala,seperti selaiknya para Brahmana), tetapi akan memiliki jenggot (janggut), membuat suara yang keras (menyukai kegaduhan), dan akan memakan segala jenis daging kecuali daging babi tanpa memperhatikan berbagai bentuk upakara (yadnya), mereka akan melakukan perbuatan penyucian diri dengan “musala”. Dan mereka disebut dengan “musalman”, dan tidak melakukan penyucian harta benda (barang-barang) mereka dengan rumput “kusha” (sebagaimana tradisi dalam masyarakat penganut Veda). Jadi, aku akan menjadi pencipta ajaran Adharmik ini (ajaran yang bertentangan dengan Sanathana Dharma), dan sebuah agama yang bersifat merusak (demoniac) bagi bangsa yang memakan daging”[lihat sloka 12,24, dan 27 terdapat kata “paishacha dharma_pencemar nilai-nilai kebenaran” dan “dharma dhushika_ penentang realitas kebenaran”. Setelah mendengar perkataan Mahamadh, Bhavisya Purana menjelaskan bahwa Raja Bhojaraja ke istananya, kembali ke negerinya. Sedangkan perwujudan ilusi dari Mahamadh kembali ke asalnya, marusthal (gurun pasir).
Bagian akhirnya menjelaskan bagaimana Raja Bhojaraja adalah seorang yang cerdas, membentuk bahasa Sanskerta untuk Vrna Brahmana, Kstria dan Vaisya serta membentuk bahasa Prakrita untuk para pekerja (Vrna Sudra) untuk komunikasi masyarakat biasa dalam kehidupan keseharian mereka. Setelah 50 tahun memerintah, Raja Bhojaraja mencapai svarga loka, prinsip-prinsip moralitasnya begitu dihormati dan bahkan dipuji para Dewa. Arya – Vartha, tanah suci tersebut terletak di antara Vindhyacala dan Himachala, atau gugusan pegunungan yang dikenal sebagai bagian bawah dari wilayah Vindhya. Sedangkan masyarakat Musalman tetap berada di wilayah lainnya, yaitu di sebelah barat laut dari sungai Shindu (Indhus).
[
http://www.stephen-knapp.com/mohammed_is_he_really_predicted_in_bhavishya_purana.htm]
Dari informasi yang dirangkum oleh Stephen Knapp dan kutipan yang disertakan oleh penulis buku ramalan di atas, dapat di bandinkan informasi pembanding yang lebih jelas sebagai berikut :
- Tokoh yang dimaksudkan dinyatakan di utus oleh Isyparmatma, dikutip dari sloka ||Bhavisya Purana III, 3.3.24| yaitu “ishapraya karinayami paishacha dharma darunbhu” yang justru menyatakan bahwa Mahamadh menjelaskan dirinya mengklaim membawa ajaran dari Tuhan tapi ajaran tersebut berntentengan dengan Sanathana Dharma, kata “paisacha dharma” berarti “pencemar (bertentangan dengan) Dharma”.
- Penulis menyatakan bahwa pengikut Mahamadh akan mendengarkan wahyu dan panggilan “adzan”. Penjelasan rinci dalam masing-masing sloka tidak menyebutkan kata “adzan” dan ini tafsir yang terlalu di paksakan oleh penulis.
- Penulis menyatakan bahwa pengikut Mahamadh, yaitu Musalman akan suci di medan perang, sebaliknya seuai kutipan sloka Bhavisya Purana III, 3.3.27 “tasman-musal-vanto hi jathiyo dharma dhushika ithi pishacha-dharma mya kruth” dijelaskan kata “dharma dhushika_pencemar nilai-nilai kebenaran” dan “pishacha dharma_penentang realitas kebenaran” yang secara tegas bahwa ajaran yang dibawa oleh Mahamadh tidak sesuai dengan Veda dan bertentangan dengan Dharma.
- Dan yang paling akhir adalah Bhavisya Bhavisya Purana III, 3.3 tidak menjelaskan tentang kehadiran Sri Kalki Avatara (inkarnasi Vishnu) tetapi menjelaskan tentang perjalanan hidup Raja Bhojaraja dan diskripsi tentang Asura Mahamadh inkarnasi dari Tripurasura.
Informasi ini di rangkum dari penelusuran yang dilakukan oleh Stephen Knnap dengan disertai literatur sanskerta Veda dari sastra Bhavisya Purana Prati Sarga III kanda 3 adhyaya 3 sloka 5-27 untuk menegaskan penyampaian informasi yang lebih tepat dari kekeliruan tafsir yang dilakukan oleh penulis buku ramalan terhadap tokoh yang dihormati oleh masyarakat agama tertentu. Tujuannya agar tidak terjadi kesimpang siuran informasi yang mengarah kepada pengaburan sejarah keagamaan satu masyarakat beragama atau penistaan tokoh yang dihormati karena kekeliruan identifikasi (pencocokan) karakter yang berbeda dan terlalu dipaksakan oleh penulis buku tersebut.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah sesuai literatur Bhavisya Purana, Mahamadh adalah inkarnasi dari Asura Tripura/Tripurasura, satu kepribadian yang didiskripsikan kurang baik, menguasai ilusi dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Veda (Sanathana Dharma).
Apakah Mahamadh yang didiskripsikan dalam Bhavisya Purana itu sesuai dengan kepribadian dari satu tokoh yang dimuliakan satu masyarakat beragama sesuai pengakuan penulis buku ramalan di atas, para pembaca bisa membandingkan informasi dan memberikan penilaian sendiri.
Akhir kata, semoga artikel ini menambah wawasan, memberikan rujukan informasi yang mencerdaskan, dan bermanfaat bagi keyakinan dan kesadaran beragama untuk masing-masing pribadi. Sampai jumpa pada pembahasan sanggahan pengakuan sepihak ramalah salah satu tokoh masyarakat beragama tertentu bagian ke-2.
Satyameva jayate nanritam_ Hanya realitas kebenaran yang pasti akan menang
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya
OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian di hati, terwujudkan kedamaian di dunia, terwujudkan kedamaian untuk selamanya.
-----------------------------------------------------------------
Bagian II
-----------------------------------------------------------------
OM Svastiastu,
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian dan kesejahteraan kepada setiap pribadi.
Sebelum melanjutkan sanggahan dan penjelasan bagian ke-2 ini, terlebih dahulu akan disampaikan pengertian kata “avatara || अवतार | _ incarnation” yang bermakna sebagai inkarnasi atau perwujudan realitas personal Tuhan Yang Maha Esa, yang berkenan hadir ke dunia atas perkenan_Nya sendiri, untu melakukan misi menegakan prinsip-prinsip Dharma (kebenaran), menyelamatkan pribadi-pribadi yang teguh dalam kebajikan dan berjalan dalam kebenaran, dan serta menumpas siapapun mereka yang terperosok dalam berbagai tindakan yang bertentangan dengan Dharma, mereka yang menentang realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa. Sastra Veda menjelaskannya sebagai berikut :
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya tadātmānaṃ sṛjāmy aham
||Bhagavad Gita 4.7|
"Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, Wahai putera keluarga Bharata."
[http://vedabase.net/bg/4/7/en]
paritrāṇāya sādhūnāṃ vināśāya ca duṣkṛtām
dharmasaṃsthāpanārthāya saṃbhavāmi yuge yuge
||Bhagavad Gita 4.8 |
"Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman."
[http://vedabase.net/bg/4/8/en]
avatārā hy asańkhyeyā
hareḥ sattva-nidher dvijāḥ
yathāvidāsinaḥ kulyāḥ
sarasaḥ syuḥ sahasraśaḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.26|
"Wahai para Brahmana, Inkarnasi dari Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak terhitung banyaknya, bagaikan anak sungai yang mengalir dari sumber mata air yang tidak pernah ada habisnya"
[http://vedabase.net/sb/1/3/26/en]
ṛṣayo manavo devā
manu-putrā mahaujasaḥ
kalāḥ sarve harer eva
saprajāpatayaḥ smṛtāḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.27|
"Semua Rsi, Manu (Ras manusia), para Dewa dan keturunan Manu (Manusha), yang sangat kuat, adalah bagian dari gugusan semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan tersebut termasuk juga Prajapati."
[http://vedabase.net/sb/1/3/27/en]
ete cāḿśa-kalāḥ puḿsaḥ
kṛṣṇas tu bhagavān svayam
indrāri-vyākulaḿ lokaḿ
mṛḍayanti yuge yuge
||Srimad Bhagavatam 1.3.28 |
"Semua inkarnasi yang disebutkan sebelumnya adalah bagian dari semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa, namun Realitas Mutlak Sri Krishna adalah Kepribadian Utama Tuhan Yang Maha Esa. Kesemuanya (Para Avatara) akan hadir di planet-planet (Bumi) kapanpun gangguan diciptakan oleh kaum penentang Tuhan. Realitas Personal Tuhan akan hadir untuk melindungi pemuja_Nya"
[http://vedabase.net/sb/1/3/28/en]
Dari uraian singkat disertai dasar rujukan sastra Veda yang menjelaskan pengertian “avatara” serta siapa yang hadir sebagai “avatara”, pembahasan pada kesempatan ini dilanjutkan kepada sanggahan serta penjelasan per-kutipan dari masing-masing sloka yang dikutip secara acak dan ditafsir secara keliru oleh penulis buku dengan judul :
Pembahasan bagian pertama dapat disimak disini :
Pembahasan ini akan dimulai dengan menyertakan kutipan pernyataan penulis dalam buku/artikel yang telah disebutkan di atas, dilanjutkan dengan sanggahan dan penjelasan sloka-sloka yang dikutip dan terakhir adalah kesimpulan akhir yang diperoleh dari sanggahan dan penjelasan tersebut.
Kutipan pertama :
||Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yang mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.
- Mantra 1 mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. "Nars" artinya orang, "sangsa" artinya "yang terpuji". Jadi Narasangsa artinya : orang yang terpuji. Kata "Muhammad" dalam bahasa arab juga berarti : orang yang terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yang sama dengan Nabi Muhammad. Ia akan disebut "Kaurama" yang bisa berarti : pangeran kedamaian,dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yang akan dikalahkannya yang berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.|
Sanggahan dan penjelasan :
Penulis mengutip sloka dari Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 (Kuntapa Sukta) yang menjelaskan pemerintahan bijaksana dari Raja Kaurama. Berikut ini adalah sloka yang dimaksudkan.
Sloka/mantram pertama,
इद॑ं ज॑ना उ॑प श्रुत न॑राश॑ंस स्त॑विष्यते ।
षष्टि॑ं सह॑स्रा नवति॑ं च कौरम आ॑रुश॑मेषु दद्महे ॥१॥
idáṃ jánā úpa śruta nárāśáṃsa stáviṣyate |
ṣaṣṭíṃ sahásrā navatíṃ ca kaurama ā́ ruśámeṣu dadmahe || 1 ||
||Atharvaveda 20.127.1|
Kata “naraasamsa” yang terdapat dalam sloka yang dikutip dimaksudkan untuk memuji sebuah anugerah dari para Devata atas kebaikan Raja Kaurama yang telah menerima mereka sebanyak 60.090 orang yang merupakan para pengikut dari Raja Kaurama dari dinasti Rusama. Dan Raja Kaurama bukanlah satu pribadi yang sama dengan Mahamadh dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3 Adhyaya 3 dan bukan juga Sri Kalki Avatara. Penulis telah melakukan kekeliruan awal, dengan memaksakan tiga diskripsi kepribadian berbeda yaitu Raja Kaurama, Mahamadh dan Sri Kalki sebagai Nabi Muhammad.
Kesimpulan :
Atharvaveda 20.127.1 tidak menjelaskan tentang Nabi Muhammad, karena kata “naraasamsa” merujuk kepada pujian yang ditujukan kepada para Dewa, dan sloka yang sama juga tidak berkaitan dengan Mahamadh dan Sri Kalki karena yang dijelaskan adalah tentang kebaikan Raja Kaurama dan Raja Kaurama bukanlah Nabi Muhammad. Dan semua diskripsi tentang Nabi Muhammad yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah hanya sebuah asumsi yang dipaksakan untuk mengaburkan informasi yang benar yang terdapat dalam sloka tersebut. Dan bahkan dalam sloka tersebut tidak ada penjelasan apapun tentang kegiatan hijrah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Kutipan ke-2
|| Mantra 2 mengatakan : ia adalah resi yang naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.|
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-2,
उ॑ष्ट्रा य॑स्य प्रवाह॑णो वधू॑मन्तो द्विर्द॑श ।
वर्ष्मा॑र॑थस्य नि॑जिहीडते दिव॑ईष॑माणा उपस्पॄशः ॥२॥
úṣṭrā yásya pravāháṇo vadhū́manto dvirdáśa |
varṣmā́ ráthasya ní jihīḍate divá īṣámāṇā upaspŕ̥śaḥ || 2 ||
||Atharvaveda 20.127.2|
Dalam sloka tersebut tidak ada penyebutan kata “rsi” , sekali lagi penulis melakukan kekeliruan dan atau dapat dinyatkan bahwa penulis tidak mengetahui sloka yang benar yang dijadikan acuan dalam menulis. Kata “ustra” || उष्ट्र | yang bermakna “kerbau” di artikan secara keliru oleh penulis sebagai “unta”. Dan sloka ke-2 tersebut masih menjelaskan kebaikan Raja Kaurama (bukan Nabi Muhammad) yang memberikan sebuah kereta yang ditarik 20 ekor kerbau kepada mereka yang telah diterimanya sebanyak 60.090 orang. Kekeliruan berikutnya adalah penulis keliru mengidentifikasi kata “Brahma” yang disamakan dengan kata “Brahmana”, dimana seharusnya kata “Brahma” merujuk kepada Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber segala ciptaan, sedangkan kata “Brahmana” adalah salah satu dari kualifikasi profesi dalam Catur Vrna yaitu Vrna Brahmana.
Kesimpulan :
Penulis tidak tahu kutipan dan penjelasan yang disampaikan tidak terhubung sama sekali, bahkan keliru mengindentifikasi kata “ustra” sebagai unta yang sebenarnya berarti “kerbau”. Dan yang dijelaskan dalam sloka ke-2 masih tentang Raja Kaurama yang memberikan sebuah kereta kepada para pengikutnya dan Raja Kaurama bukan seorang Rsi dan bukan sama sekali pribadi yang sama dengan Nabi Muhammad.
Kutipan ke-3
|| Mantra 3 mengatakan : ia adalah "Mama Rishi" atau resi agung. Ini cocok dengan Nabi agung umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.|
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-3,
एष॑इषा॑य मामहे शत॑ं निष्का॑न्द॑श स्र॑जः ।
त्री॑णि शता॑न्य॑र्वतां सह॑स्रा द॑श गो॑नाम्॥३॥
eṣá iṣā́ya māmahe śatáṃ niṣkā́n dáśa srájaḥ |
trī́ṇi śatā́nyárvatāṃ sahásrā dáśa gónām ||
||Atharvaveda 20.127.3|
Kesimpulan :
Ada masalah urutan penulisan diskripsi karakter yang diklaim sebagai Nabi Muhammad oleh penulis di masing-masing sloka yang dikutip. Sebelumnya dalam Bhavisya Purana, penulis mengklaim bahwa kata “mahamadh” menjelaskan kepribadian Nabi Muhammad dan terbukti tidak bersesuaian. Selanjutnya dari sloka 1-3 Atharvaveda mandala 20 sukta 127, penulis melakukan kekeliruan identifikasi pertama pada sloka-1 penulis mengklaim bahwa Raja Kaurama adalah Muhammad, selanjutnya pada sloka 2 dan 3 penulis mengklaim bahwa Nabi Muhammad adalah seoarang Rsi atau Maharsi. Ini menunjukan penulis mengalami kebingungan dalam mengurut informasi yang menjelaskan karakter yang coba di klaim sebagai Nabi Muhammad di masing-masing sloka yang dikutip.
Kutipan ke-4
|| Mantra 4 mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yang terpuji. Nabi Muhammad yang juga dipanggil dengan nama Ahmad adalah berarti juga "orang yang terpuji" yang terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.|
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-4,
व॑च्यस्व रे॑भ वच्यस्व वृक्षे॑न पक्वे॑शकु॑नः ।
न॑ष्टे जिह्वा॑चर्चरीति क्षुरो॑न॑भुरि॑जोरिव ॥४॥
vácyasva rébha vacyasva vr̥kṣé na pakvé śakúnaḥ |
náṣṭe jihvā́ carcarīti kṣuró ná bhuríjoriva ||
||Atharvaveda 20.127.4|
Penulis menyatakan kata “vaacyasva reebha” bermakna “terpuji” yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, sedangkan makna yang sebenarnya adalah sebagai berikut :
Kata “vaacyasva” terdiri dari dua kata yaitu :
Ralph T.H. Griffith, [1895] menterjemahkan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” _ “glut thee” yang bermakna “Engkau yang berkelimpahan atau kekenyangan dipenuhi makanan/hidangan”, yang dapat dimengerti sebagai rujukan kepada satu pribadi atau karakter yang berkelimpahan ataupun terpenuhi segala sesuatu (sejahtera dan bahagia). Dan merunut informasi yang terdapat dari sloka-1 sampai sloka-3 dapat diketahui yang dirujuk dengan kata “vaacyasva” adalah Raja Kaurama.
Kesimpulan :
Dari sloka 1-4 tidak ada satupun kata yang secara jelas menyatakan kata “Muhammad” atau “Ahmad” seperti apa yang diklaim oleh penulis. Penulis hanya mencari dan mencocokan arti kutipan kata yang penulis jadikan rujukan untuk mengindentifikasi karakter Nabi Muhammad di masing-masing sloka, padahal dengan sangat jelas urutan dari sloka 1-4 menjelaskan kepribadian Raja Kaurama dan bukan Nabi Muhammad. Sedangkan arti kata “reebha || रेभ |” adalah orang yang melakukan pujian atau menuliskan syair pujian, bukan orang yang terpuji. Ralph T.H. Griffith mengartikannya sebagai “singer_penyanyi”. Dari semua kekeliruan yang dibuat oleh penulis dalam mengartikan kata-kata sanskerta yang dikutip dan serta pemaksaan pendekatan kata-kata tersebut kepada identifikasi karakter Nabi Muhammad menunjukan bahwa penulis tidak mengetahui rujukan sloka yang sesuai dan melakukan penafsiran asal hanya untuk mendukung asumsinya sendiri.
Dengan menyertakan masing-masing sloka/mantram Atharvaveda mandala 20 sukta 127 sloka /mantram 1-4 menunjukan ketidaksesuaian antara informasi yang sebenarnya terdapat pada masing-masing sloka tersebut dengan klaim (pengakuan) yang dilakukan oleh penulis. Penulis melakukan kekeliruan paling fatal, dimana memaksakan tiga diskripsi (gambaran) kepribadian yang berbeda satu sama lain menjadi satu tokoh yang dimaksudkannya yaitu Nabi Muhammad. Dimana ke-3 karater atau tokoh berbeda tersebut adalah :
- “Mahamadh || महमद |” yang dijelaskan dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3, Adhyaya 3, sloka 5-27 yang tidak bersesuai dengan klaim penulis, dimana sebaliknya diskripsi kepribadian “mahamadh” merupakan inkarnasi seorang Asura (penentang Tuhan) bernama Tripurasura yang sebelumnya telah dimusnahkan oleh Siva Mahadeva namun karena masih mendapatkan anugerah dari Siva sendiri, dan atas perintah Asura Bali, Tripurasura hadir kembali dalam perwujudan “mahamadh”, dijelaskan dalam sloka Bhavisya Purana III, 3.3.11 “tripuro bali-daithyane”.
- Raja Kaurama, yang dijelaskan dalam Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 sloka/mantram 1-4, dimana disana ada kata “naraasamsa || नाराशंस |” yang bermakna sebagai pujaan kepada para Dewa atau entitas yang di_Tuhan_kan, seperti nama-nama suci dari Tuhan Yang Maha Esa dalam sastra Veda diklaim penulis merujuk kepada kepribadian Nabi Muhammad, namun pada sloka ke-2 dan ke-3 penulis mengklaim bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Rsi/Maharsi, berbeda diskripsi klaim penulis pada sloka-1 karena Raja Kaurama sudah pasti bukan seorang Rsi/Maharsi. Penulis pun keliru memaknai kata “ustra || उष्ट्र |” sebagai “unta” dimana kata tersebut lebih tepat bermakna “kerbau”, penulis kembali melakukan kekeliruan pemaknaan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” yang dimaknai penulis sebagai “orang yang terpuji” sedangkan penelurusan dalam kamus sanskerta beserta pembandingan penerjamah yang dilakukan Ralph T.H. Griffith, [1895] menterjemahkan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” _ “glut thee” yang bermakna “Engkau yang berkelimpahan atau kekenyangan dipenuhi makanan/hidangan” dan kata Kata “reebha || रेभ |” yang diartikan penulis sebagai satu kesatuan makna “orang yang terpuji” yang dipandakan penulis dengan kata “ahmad”, sedangkan melalu pencocokan kata pada kamus sanskerta serta terjemahan dari Ralph T.H. Griffith kata “reebha || रेभ |” _ m. panegyrist, praiser” yang bermakna yang menuliskan syair-syair pujian atau yang melakukan pujian. Dan semua klaim penulis tersebut tidak bersesuaian satu sama lain dan tidak sama sekali merujuk atau menjelaskan tentang kepribadian Nabi Muhammad.
- Sri Kalki Avatara, tokoh utama yang diklaim penulis sebagai Nabi Muhamamd, justru yang sama sekali tidak dijelaskan dalam masing-masing kutipan terdahulu baik dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3 Adhyaya 3 sloka 5-27 dan Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 (Kuntapa Sukta) sloka/mantram 1-4. Karena diskripsi tentang kepribadian Sri Kalki Avatara akan dijelaskan dalam Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam), Kalki Purana, Vishnu Purana, dan Agni Purana yang akan di bahas selanjutnya per-kutipan dari penulis.
Dari keseluruhan uraian yang telah dirangkum dan disampaikan, semoga diperoleh perbandingan informasi yang lebih tepat dan jelas dari ketidaksesuaian diskripsi karakter dan kepribadian yang diklaim penulis buku “Ramalan tentang Muhammad S.A.W, dalam kitab suci agama Zoroaster, Hindu, Buddha dan Kristen” sebagai Nabi Muhammad. Dan masih tersisa sekian sloka yang masih harus di bahas dan dijelaskan agar tujuan pembuktian ketidakbenaran informasi keliru yang disampaikan oleh penulis dapat diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari penyesatan informasi yang bisa memicu disharmonisasi hubungan antar umat beragama.
Sekian pembahasan sanggahan bagian ke-2 ini disampaikan, sampai berjumpa kembali pada sanggahan dan penjelasan bagian ke-3. Semoga informasi ini bermanfaat, memberikan informasi dan mencerdaskan.
Satyameva Jayate Nanritam_Hanya realitas Kebenaran yang pasti akan menang.
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya
OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian di hati, terwujudkan kedamaian di dunia, terwujudkan kedamaian untuk selamanya.
-----------------------------------------------------------------
Sumber:
-----------------------------------------------------------------